Jauh di selatan pulau Jawa, tetapi masih
di wilayah Jawa Tengah. Terdapat sebuah kampungunik. Terpelosok tidak
membuat desa ini miskin prestasi. Mereka bukannya bertani atau
berkebun,tapi mereka berkeja di belakang meja. Inilah kampung Kaliabu,
kampung yang mayoritas warganya adalah disigner. Letaknya di paling
barat kabupaten Magelang, berbatasan dengan Purworejo dan Wonosobo.
Jalanan yang ramai oleh bus, truk dan kendaraan warga melintas sering di
sini. Bahasa jawa yang kental berpadu manis dengan keramahan yang
terpasang di setiap wajah mereka. Suasana yang desa yang beriringan
indah dengan kemajuan teknologi. Kampung disainer. Branding yang
dilekatkan pada desa yang berpenduduk … jiwa.
Tiga hari kami, rombongan siswa Sekolah
Muda Mandiri kota Semarang belajar di sana. Menggali dan mengorek sampai
ke pangkalnya. Kegiatan ini kami namakan Live in comunity. Berada di
sebuah komunitas masyarakat yang memiliki kesamaan dalam pekerjaan.
Rata-rata yang berada disini adalah disainer, terutama mendisain logo.
Berangkat senin pagi dari Semarang, perjalanan lancar sekitar dua
setengah jam. Tiba ditempat langsung disambut keramahan magelang.
Merasakan hospitality jogjakarta dan sekitarnya. Kemudian sharing season
bersama sang maestro desain. Seorang mantan sopir bis yangmemberanikan
diri membanting stir menjajal bidang yang aneh bagi sebagian orang. Di
balik kisahnya mencari penghasilan untuk menutup kebutuhan menjadikan
Wodeol, panggilan akrab beliau memutar otak dan tak sengaja bertemu
dengan dunia desain. Dari keberhasilan wodeol dalam menggarap sebuah
logo serta dapat memenangkan kontes logo menjadikan ia mendapat dolar.
Membuat masyarakat Kaliabu bingung dan penasaran apa yang dilakukan oleh
mantan sopir yang sekarang hanya di rumah saja, dapat meraup uang dalam
dolar.
Masyarakat ‘terpedaya’ oleh Wodeol
sebagai magnet yang menarik kuat mereka untuk menempel didunia desain.
Lama waktu berputar, semakin banyak warga yang mengikuti karir desainer.
Dahulu yang dianggap sebagai ‘anak nakal’ kini berkurang bahkan habis
digusur perkembangan pekerjaan desain. Secara tidak langsung menjadi
pionir perubah masyarakat menjadi lebih baik.
Tujuh tahun berjalan, kini kampung kecil
ini berevolusi menjadi kampung desain. Merubah tampilan sekaligus gaya
hidup mereka. Kini mereka sudah akrab dengan internet, komputer dan
klien luar negeri. Sesi sharing season berlanjut sampai malam hari.
Esoknya kami diberi tantangan untuk menjelajahi sendiri Kaliabu. Setelah
kemarin diberi materi dan cerita, hari ini waktunya action dengan
mengunjungi para desainer. Kami dibagi lima kelompok kecil dan
menelusuri kedalam kampung ini. Tantangan yang berat karena harus
mengetuk pintu dan berkomunikasi dengan mereka yang sama sekali tidak
dihubungi oleh wodeol. Jadi kami diterjunkan di jalan dengan sebuah peta
buta.
Kelompok saya, tiga orang berjalan menuju
daerah yang dinamakan losari. Tim lainditerjunkan di tempat yang
berbeda dengan lainnya, tidak ada yang sama. Daerah kecamatan Salaman
desa Kali abu yang jarak antara rumah satu dan lainnya terhitung jauh.
Terlebih di losari. Berangkat bersama tim juga awalnya bingung untuk
menyampaikan apa dan bagaimana. Ada juga rasa takut tidak diterima atau
semacamnya. Kami berjalan agak jauh mengikuti petunjuk peta dan tiba di
rumah pertama. Mengumpulkan keberanian untuk mengetuk pintu rumah. Dan
semacam keajaiban terjadi. Semula mulut yang bingun ingin berkata apa
seketika tersihir untuk mengobrol dan berbincang. Itu karena hospitality
masyarakat sini dan keramahan warganya. Sudah tahun keempat ia
menjalankan usaha desainnya. Tercebur karena tertarik dengan warga lain
yang sudah menjadi disainer terlebih dahulu. Dan mulai belajar serta
sudah menjadi mata pencaharian utama yang dulunya pernah menjual sayur
hingga sopir rental mobil. Kami dan mereka yang sama tidak mengenal kini
kerakrabkan oleh hangatnya pembicaraan. Namanya mas Fahmi Baehaqi.
Saking hangatnya, teh hangat juga ikut berbincang bersama. Juga dengan
mendoan anget beserta sekutu makanan ringan lainnya.
Itulah ilmu yang bagi kami berharga,
bagaimana komunikasi door to door yang mengharuskan kita ramah. Lama
berbicang dengan desainer tersebut, kami melanjutkan ke target
selanjutnya. Berjalan lewat jalan blusuk yang diarahkan kebaikan dari
orang pertama tadi. Mencari dan tak lama berjumpa dengan rumah yang
dituju. Sudah PD dengan pembicaraan tadi, kami mengetuk yakin dan
memberi salam. Tapi sambutan dari desainer kedua ini tak seantusias yang
pertama tadi. Lelaki ini pendiam, walau ia juga cakap terhadap
pertanyaan yang diajukan. Walau tak hadir kehangatan teh yang
membersamai tetapi kami menemukan yang lain. Everyone have other
caracter. Manusia itu spesial. Dan semua itu ada keberbedaan yang
membuat keragaman itu terjadi. Lanjut ke target ke tiga. Tak jauh dari
sana. Dekat sebuah cuci motor dan kios kelontong. Namanya pak Muhammad
Abror. Tiga tahun sudah bergelut dengan desain. Tahun ketiga mulai
melebarkan sayap dengan membuka tempat cuci motor. Pengalaman sebagai
buruh pabrik danpenjaja dagangan di toko kami terima dari pria berusia
31 tahun ini. Walau hanya mengantongi ijazahSD tapi semangat bapak abror
berkobar tinggi. Kemudian kembali ke wodeol.
Ternyata tim kami adalah tim terakhir
yang tiba di sana. Malamnya kami isi dengan sharing pengalaman bertamu.
Ada yang masih tidur ketika didatangi, atau pergi tidak berada di rumah.
Juga berbagi tentang cerita setiap penggarap desain yang berlatar
belakang berbeda dan unik. Tak terduga jalan nya menjadi seoarng
desainer. So, kali ini kami mendapat pengalaman luar biasa, merasa
hangat di desa. Buat kalian yang pingin traveling sekaligus jalan-jalan,
yuks ke Kaliabu Salaman, kabupaten Magelang.