Momentum sepuluh dzulhijjah atau
sering kita sebut dengan hari raya idul adha merupakan salah satu dari
hari-hari spesial bagi umat muslim. Pasalnya, di dalam hari penyembelihan itu
bersamaan juga dengan ibadah yang sangat diidamkan oleh banyak orang yaitu haji
di baitullah. Juga tentang latar belakang cerita manisnya iman beserta beratnya
ujian dari Allah yang diperankan oleh nabi Ibrahim al khalilullah.
Cerita yang sangat fenomenal
tentang gigihnya perjuangan seorang ayah yang mendambakan memiliki putra. Kemudian
ketika putra tersebut lahir, beliau harus meninggalkannya bersama ibunda ismail
di padang gersang yang tiada rerumputan mau memunculkan daunnya di sana. Atas perintah
Rabb nya, beliau tabah dan ikhas. Karena tak akan tega seorang bapak yang baru
menjadi seorang ayah mau melepas anak dan istrinya di kawasan yang rawan dan
penuh bahaya. Tapi karena satu hal, ketaatan kepada Allah lah dikalahkan semua
keinginannya untuk menimang anak kesayangannya.
Lalu kisah pengorbanan yang
terukir abadi di dalam Al-qur’an. Masih sama tokohnya, Ibrahim dan Ismail. Kali
ini dengan aksi yang begitu indah nan menegangkan. Yaitu menyembelih anak
kesayangannya. Bukan lagi meninggalkannya dan tidak melihatnya, sekarang dengan
mata sendiri ia memandang anaknya. Pula dengan pisau di tangannya sendiri, ia
hendak mengerekannya ke leher Ismail.
Berlanjutlah kisah dengan
kesiapan Ismail ketika ditanya sang ayah, dengan yakin dan tawadhu’ nya,
menjadi muslim yang sebenarnya. Yaitu dengan menggantungkan semua urusan kepada
pemilik urusan. Menyerahkan dirinya kepada Illahnya. Juga Ibrahim yang belas
kasihannya lentur dengan perintah agung dari Tuhannya. Tak mengelak apalagi
menolak.
Ketika tubuh remaja itu
dibaringkan ke tanah. Berdiam tanpa meronta layaknya hewan kurban sewaktu di
jagal. Batinnya yakin tanpa ragu, toh iya dalam jalan yang benar.
Itulah sepenggal cerita paling
indah dari insan pilihan Allah. Digoreskan pada setiap tinta kitab suci kita. Berjuta
makna kehidupan ada di sana. Dalam satu keyakinan teguh, memegang tali
kebenaran.
Tak kurang pahala pula untuk kita
terhampar, bagi siapa yang ingin meninstal di dalam jiwa-jiwa yang belum
dijamin terampuninya. Untuk berkurban apa saja yang kita miliki dan kita
cintai. Itulah sekiranya makna dari hidup. Bukan hanya melulu mendapatkan, tapi
kadang juga harus melepaskan dan mengikhlaskan.