Langsung ke konten utama

Ngga Ada Kerja(an) (2)

Zaman sekarang hampir semua kalimat negatif di samarkan ke bahasa yang lembut. Salah satu contoh nya adalah kalimat pengangguran yang dikonfersikan menjadi suatu yang lumrah, seakan rata semua orang pernah mengalami. Yaitu kata gabut. Kata ini baru-baru ini lewat di story aplikasi Instagramku.
Gabut, hmm. Mungkin baru 1 tahun terlahir di dunia pembendaharaan kata di kamus kepala ku. Entah jarang di update atau memang barusan muncul.
Padahal gabut, atau kuker (kurang kerjaan) adalah suatu yang aneh bagiku. Mungkin kita bisa nganggur tapi pekerjaan pasti datang. Namun di dunia ini cuma ada 2 pekerjaan, jenis yang bermanfaat dan jenis sedikit atau tanpa manfaat sama sekali.
Orang pasti melakukan 2 hal, kalo ngga manfaat ya mudhorot. Baik atau buruk. Nah sekarang kita koreksi, kira kira gabut adalah kegiatan yang manfaat atau ngga ya.
Orang gabut, dalam penelitian singkat ku mengamati manusia dengan media langsung atau pun media sosial, rata-rata melakukan aktivitas yang membuang. Bisa waktu, uang, bahkan pahala. Gimana caranya? Tidur, jalan-jalan ngga jelas, atau mungkin pacaran. Hihi..
Apa jadinya kalo kita melakukan gabut? Pastinya waktu habis, uang menipis. Tekor deh.
Emangnya kenapa gabut bisa lahir ke dunia ini... Ternyata gabut hanya hinggap di suatu yang kosong, ngga berisi. Misal kita menghabiskan waktu tanpa menghasilkan sesuatu, itu bisa jadi gabut ada di sana.
Si 'gabut' cuma mau bersarang di mereka yang hidup tapi merasa tidak hidup.