Langsung ke konten utama

mungkin#2


PROSES MENJADI HEBAT

Sering kali orang sulit untuk berkarya. Karena banyak alasan dan halangan.

“Belum bagus”

“Malu”

“Takut dihujat”

“Males”

“Siapa gue??”

Itu masalah sepele bagi kita yang sudah sadar atas pentingnya berkarya. Namun bagi mereka yang belum itu hal terberat.

Berkarya. Inilah puncak pengabdian hidup bagiku. Dengan jenis apapun, berkarya adalah output dari belajar.

Harapan setelah berkarya tentu minimal kita dikenal sebagai ‘orang’ diantara 7 miliyar popolasi manusia. Bukan sekedar meramaikan platform karya. Tapi untuk menunjukan siapa kita.

Ahh tinggi sekali harapan ku. Yang ku tahu mengapainya itu sulit, rumit dan berliku.

Setidaknya seorang pekarya harus konsisten sampai mati kalo mau dikenang baik. Karena kalo berhenti dan tiba-tiba ‘jatuh’, akan hilang juga nama baiknya.

So, ada 4 hal pertama, agar kamu bisa bertahan sampe mati untuk berkarya.

Satu, Isi Bensin. Nggak mungkin orang berjalan apalagi ngebut tanpa bahan bakar. Dan bahan bakar pekarya adalah ide, gagasan.

Kabar baiknya alam menyediakan setiap jengkalnya sebagai ide. Kabar buruknya nggak semua ide bisa dikonfersi menjadi karya. Juga tidak semua orang bisa mengubah ide menjadi karya.

Isi bensin bukan cuma ide, mindset, semangat, motivasi diri juga harus dicari. Dicari bukan ditunggu. Karena pengalaman membuktikan, menunggu untuk semangat itu menjadikan kita lalai untuk berkarya.

Tapi kata motivasi cuma sekejap saja dampaknya. Solusinya, jadikan dirimu motivatormu, bukan yang lain.

Caranya? Yakin bahwa dirimu akan mati. Maka mesin diri akan terus terisi oleh motivator terbaik sepanjang sejarah, kematian.

Kedua, Mulai Aja. Setelah punya mindset dan semangat, kadang kala orang lupa untuk mulai.

“Nanti hasilnya jelek”

“Banyak haters nya”

Pasti hasinya jelek. PASTI.

Siapa juga yang mau jugde jelek? Perasaanmu aja yang nggak pede. Belum tentu juga mereka tahu karyamu.

Karya pertama pasti jelek. Tapi tanpa karya jelek dan sampah pekarya nggak bisa untuk naik lever menjadi lumayan bagus. Gimana mau berkembang, orang nggak ditanam. Bener kan?

Proses memulai ini butuh kemantapan, bukan cuma setuju pada prisip atau motivator kematian kita. Mantap untuk membuang waktu santai kita tanpa dibayar.

Bagiku, proses memang kejam. Kita melihat orang di puncak gunung dengan santai duduk manis meninkmati pemandangan di sana. Tapi proses menaiki gunung kita nggak lihat. Dan ketika memulai untuk naik seketika hilang bayangan kesenangan di puncak.

Tiga, Lingkungan yang aman. Memulai berkarya berarti memulai show up hasil dari diri kita. Tentu ada mata yang tak suka, ada mulut yang mencibir. WAJAR.

Trik agar tidak berhenti di pekan atau bulan pertama adalah cari lingkungan yang relatif aman untuk berkarya. Contoh komunitas. Karena komunitas itu sedikit lebih aman dari pada audience umum.

Komunitas bukannya tidak ada haters di dalamnya, bukan untuk dimintai like satu per satu. Komunitas itu untuk dimintai saran dengan halus dan tulus.

Kalau opini publik mungkin tulus tapi belum tentu halus. Sialnya kadang kalo kasar sedikit pekarya sering kendor bahkan tumbang.

Empat, konsisten. Istiqomah emang sulit bro. sulit.

Misal udah mulai bagus, udah punya audience, followers, market. Ehh turun kualitasnya, ehh jarang upload lagi, ehh vacuum.

Apalagi konsisten bersama motivator kematian kita. Mati bukan jadi prioritas pikiran saat di atas angin. Lupa pasti kalo udah sukses. Akhirnya merosot dan decline. 

Yang paling keren adalah orang yang ketika meninggal dunia, karyanya semakin dikenal, followers nya tambah banyak, didoakan dan dibicarakan kebaikannya. Itulah karya yang berhasil.

Aku masih jauh untuk ke arah sana. Jauh sekali.

Cuman aku berharap bisa bersama sampai selesai tugas berkarya.