Menjadi diri sendiri atau menjadi yang dunia butuhkan
“Be your self”. Itulah klise yang
sering kita dengar belakangan. Krisis menjadi diri sendiri di usia remaja
bahkan pemuda banyak banget terjadi.
Nggak usah jauh-jauh. Aku sendiri
aja, masih mencari siapa sebenarnya diriku. Paling tidak mencari yang terbaik
yang bisa dilakukan olehku, potensi dan karya yang bisa aku ciptakan.
Menjadi diri sendiri adalah
idamanku. Mungkin nggak semua orang ingin menjadi dirinya sendiri. Beberapa orang
suka menjadi orang lain bahkan sukses dalam ‘diri’ orang lain. Tapi aku rasa
banyak juga yang ingin menjadi dirinya sendiri.
Buktinya adalah adanya klise ini.
Juga klise ‘menemukan jati diri’.
Tapi kenyataan yang terjadi,
banyak pekerjaan dan karir yang tidak sesuai dengan passion dan jati diri kita.
Terkadang di dunia kerja nggak butuh keterampilan atau skill yang kita miliki.
Dunia ini punya kebutuhan. Tentu
lahir dari permasalahan yang ada dan banyak ini. Hanya orang yang mampu melihat
masalah dan menyelesaikannya yang sukses besar.
Menjadi problem solvier adalah
pahlawan. Orang yang menuntuntaskan masalah akan dikenal sebagai penyelamat.
Nggak hanya pahlawan. Dunia juga
butuh orang yang bisa beradaptasi di dunia. Bisa melakukan sesuatu di dunia.
Maka pertanyaannya adalah,
mending menjadi diri sendiri atau menjadi apa yang dunia minta?
Keresahan ini muncul sejak lama. Sampai
suatu ketika aku bertanya pada seorang pakar personal branding nasional yang
mengisi kuliah umum di SMM. Pak Dodi Afandi namanya.
Jawabannya simple, jadilah
keduanya.
Tapi realitasnya sulit, banget.
Menjadi sendiri membutuhkan
banyak waktu, tenaga dan biaya. Menjadi apa yang dunia butuhkan juga memakan
banyak hal. Untuk menggabungkannya butuh 2 kali kerja.
Menjadi diri sendiri adalah
menemukan passion, menemukan kekhasan diri. Kalo kata kak Ogut atau Muda Cuma
Sekali bilang, nyari passion itu kayak nyari makanan faforit. Semakin banyak
nyobain banyak menu akan semakin tau kalo salah satu menu adalah menu terenak
versi dia.
Tapi passion saja nggak bakal
cukup. Ada dedikasi, ada proses da nada tugas karya. Baru bisa benar benar
menghasilkan sesuatu.
Maka berbeda sekali dengan yang
dibutuhkan dunia.
Dunia ini butuh orang yang paham
marketing, mengerti IT, tahu lingkungan, expert dan banyak hal. Banyak kemampuan
yang dunia butuhkan.
Bener kalo kerja atau membangun
bisnis nggak perlu punya semua itu. Ada cara lain agar bisa tanpa semua itu.
Tapi untuk hasil yang optimal semua orang terutama millennials butuh itu.
Sialnya prosesnya lumayan
panjang. Sialnya lagi teknologi udah canggih bahkan bisa lebih canggih dari
otak manusia. Seperti yang dikatakan oleh Agung Hapsah dan youtuber lainnya.
So, karena keduanya panjang. Aku
punya jalan tengah yang paling mudah. Cukup mulai semuanya sejak remaja. 15
atau 17. Karena itu memakan waktu lama.
Mulai dulu aja, lalu buat yang
lebih baik. Begitu kata Pandji Pragiwaksono.
Stay Productive