Langsung ke konten utama

#mungkin5


Menjadi diri sendiri atau menjadi yang dunia butuhkan

“Be your self”. Itulah klise yang sering kita dengar belakangan. Krisis menjadi diri sendiri di usia remaja bahkan pemuda banyak banget terjadi.

Nggak usah jauh-jauh. Aku sendiri aja, masih mencari siapa sebenarnya diriku. Paling tidak mencari yang terbaik yang bisa dilakukan olehku, potensi dan karya yang bisa aku ciptakan.

Menjadi diri sendiri adalah idamanku. Mungkin nggak semua orang ingin menjadi dirinya sendiri. Beberapa orang suka menjadi orang lain bahkan sukses dalam ‘diri’ orang lain. Tapi aku rasa banyak juga yang ingin menjadi dirinya sendiri.

Buktinya adalah adanya klise ini. Juga klise ‘menemukan jati diri’.

Tapi kenyataan yang terjadi, banyak pekerjaan dan karir yang tidak sesuai dengan passion dan jati diri kita. Terkadang di dunia kerja nggak butuh keterampilan atau skill yang kita miliki.

Dunia ini punya kebutuhan. Tentu lahir dari permasalahan yang ada dan banyak ini. Hanya orang yang mampu melihat masalah dan menyelesaikannya yang sukses besar.

Menjadi problem solvier adalah pahlawan. Orang yang menuntuntaskan masalah akan dikenal sebagai penyelamat.

Nggak hanya pahlawan. Dunia juga butuh orang yang bisa beradaptasi di dunia. Bisa melakukan sesuatu di dunia.

Maka pertanyaannya adalah, mending menjadi diri sendiri atau menjadi apa yang dunia minta?

Keresahan ini muncul sejak lama. Sampai suatu ketika aku bertanya pada seorang pakar personal branding nasional yang mengisi kuliah umum di SMM. Pak Dodi Afandi namanya.

Jawabannya simple, jadilah keduanya.

Tapi realitasnya sulit, banget.

Menjadi sendiri membutuhkan banyak waktu, tenaga dan biaya. Menjadi apa yang dunia butuhkan juga memakan banyak hal. Untuk menggabungkannya butuh 2 kali kerja.

Menjadi diri sendiri adalah menemukan passion, menemukan kekhasan diri. Kalo kata kak Ogut atau Muda Cuma Sekali bilang, nyari passion itu kayak nyari makanan faforit. Semakin banyak nyobain banyak menu akan semakin tau kalo salah satu menu adalah menu terenak versi dia.

Tapi passion saja nggak bakal cukup. Ada dedikasi, ada proses da nada tugas karya. Baru bisa benar benar menghasilkan sesuatu.

Maka berbeda sekali dengan yang dibutuhkan dunia.

Dunia ini butuh orang yang paham marketing, mengerti IT, tahu lingkungan, expert dan banyak hal. Banyak kemampuan yang dunia butuhkan.

Bener kalo kerja atau membangun bisnis nggak perlu punya semua itu. Ada cara lain agar bisa tanpa semua itu. Tapi untuk hasil yang optimal semua orang terutama millennials butuh itu.

Sialnya prosesnya lumayan panjang. Sialnya lagi teknologi udah canggih bahkan bisa lebih canggih dari otak manusia. Seperti yang dikatakan oleh Agung Hapsah dan youtuber lainnya.

So, karena keduanya panjang. Aku punya jalan tengah yang paling mudah. Cukup mulai semuanya sejak remaja. 15 atau 17. Karena itu memakan waktu lama.

Mulai dulu aja, lalu buat yang lebih baik. Begitu kata Pandji Pragiwaksono.

Stay Productive