Aksi Secepat Mulut
Berkomentar
9 Februari 2019
Aku menemukan sebuah keanehan yang terjadi. Banyak kata,
retorika, dan rima tapi minim aksi.
Kenapa itu bisa terjadi? Karena ngomong itu lebih mudah dari
pada beraksi. Modal untuk berbicara hanya mulut dan kata. Namun aksi
membutuhkan lebih banyak tenaga.
Sayangnya manusia suka yang mudah. Terlahirnya jutaan raga
dengan mulut yang selalu bicara tanpa bekerja.
Maka semuanya seperti pertandingan sepak bola. Yang beraksi
adalah 22 orang di lapangan tapi yang memberikan komentar, cibiran dan olokan
adalah mereka yang duduk manis.
Sebenarnya aksi itu menggandung ribuan kata dan jutaan
makna. Sebuah aksi jalan kaki dari ujung pulau ke Ibu kota demi menyuarakan
sesuatu lebih disorot dan dipuji ketimbang yang lain.
Aksi lainnya, walau mungkin bisu tak bersuara.
Tapi kadangkala aksi nggak memiliki makna bila tanpa tujuan.
Aksi nyata sekalipun jika salah tujuan itu salah.
Itulah mengapa bertindak harus memiliki dasar. Bukan asal
bertindak.
Mungkin yang dinilai di mata Allah bukan hanya aksi. Niat
dan penolakan di hati sudah mendapat pahala tersendiri. Namun aksi, dua kali
lipatnya.