Langsung ke konten utama

Update#1


Lelah lelah tidak



Ahad kemarin, persis jam 3.28 kami sampai Semarang dari perjalanan pulang menggunakan kereta dari stasiun pasar senen, Jakarta. Sabtunya adalah seleksi CEI Turkey di Sekolah Alam Bogor. Lumayan menguras tenaga kami. Aku sendiri, capek.

Jam 4 pagi sampai ke pondok dan setengah jam kemudian adzan subuh. Sesuai rencana ku, setelah subuh hingga sore nanti ada agenda yang harus dikerjakan.

Selesai shalat, laptop menjadi alat andalan untuk mengerjakan project subuh ini. Sebuah project yang akan dipresentasikan siang hari nanti harus dibuat sekarang.

Hebatnya kantuk enggan mendekat, aku masih terjaga di depan layar hingga jam 6.30. Project selesai dengan beberapa slide dan note kecil di buku.

Tanpa mandi, aku berganti baju dan berjaket pergi ke Simpang Lima untuk agenda berikutnya, Car Free Day. Mungkin aku juga heran, kenapa udah capek mau dateng acara begituan. Tapi inilah keheranan yang ku lakukan.

Kendaraan pribadi ku adalah BRT. Pribadi karena jarang yang naik kalo hari ahad pagi, hanya beberapa orang yang ada urusan saja.

45 menit bus biru itu menelusuri jalan jalan di kawasan Meteseh, Kedung Mundu hingga Jalan Imam Bonjol.

Turun dan transit di sana. Kemudian lanjut dengan bus merah tujuan Gajah Mada dan Tawang. Aku berhenti di jalan Gajah Mada 100 meter dari simpang lima. Begitulah rute BRT sedikit berubah di ahad pagi.

Sampai lah di simpang lima. Orang yang aku ingin temui ada di sana. Bersama sepeda ontel berbekal tas di tempat duduk penumpangnya dan dua bendera berkibar yaitu bendera Indonesia dan bendera Aksi Cepat Tanggap.

Tak berdiri sendiri, ada 10 lebih ontel lain yang bersandar di sebelah ontel pertama. Tapi tujuan ku bukan itu, aku cari orangnya.

Beliaulah Mas Akbar dari relawan Act Surabaya yang bersepeda dari Surabaya ke Jogyakarta dan lanjut ke Semarang.

Aku hanya bisa bersalaman dan berfoto bersama. Kemudian aku diminta untuk menjadi fotografer dadakan dengan kamera yang aku tidak pernah pakai sebelumnya. Kamera dlsr dengan tambahan dibagikan bawah yang bisa difungsikan sebagian shutter.

Meski demikian, hatiku penuh syukur pagi itu. Syukur dengan lelah yang tidak lelah lelah amat. Melihat seorang relawan menggalang dana dengan caranya sendiri yang mengayuh pedal ontelnya dari ujung timur ke ujung barat pulau jawa.

Tugas fotoku belum selesai. Aku diminta mengikuti Mas Akbar dan rombongan komunitas dari ontel Semarang.

Singkat cerita, jam 8.30 aku selesai dengan tugas ku. Aku lanjut ke acara selanjutnya.

Masih dengan kendaraan pribadi, kini lebih banyak penumpangnya. Aku menuju salah satu hotel untuk berkegiatan di sana. Tepatnya bertemu keluarga yang kebetulan berkegiatan di sana.

Tepat jam 9, si merah menurunkanku di depan jalan hotel itu berdiri. Menyebrang sebentar dan aku tiba di hotel tersebut. Tak sulit mencari ruangan acara karena pak satpam paham dengan lokasinya. "Yang alam itu ya? Lewat sana"

Sampai ruangan, sedikit sambutan dari guru dan beberapa teman yang berjaga di depan ruangan.

Mereka menangkap keheranan pada diri ku. "Gimana di Bogor nya? Ada yang project nya keren? Kira kira lolos tidak? Nggak capek to?"

Beruntung nya aku yang senang bercerita. Kuceritakan yang ku ingat saat itu.

Juga pak Agus guru kami menyapa dengan kabar gembira. Tentang buku yang ku tulis terjual kembali. Alhamdulillah senang rasanya.

Yang kutunggu datang, Mbak Ma atau kakak ku sendiri. Dengan gayanya dan kacamata nya yang putus di bagian kanan. Sebentar ku buatkan kopi dan ku ajak dia masuk ke ruangan.

Aku mencuri waktu untuk mengerjakan presentasi yang belum selesai subuh tadi. Dengan bantuan temen temenku yang jago design.

Sebenarnya ada satu lagi yang kutunggu. Dan akhirnya datang jam 9.45. Bapak dan Ibuku. Karena kami berlima jarang berkumpul bersama.

Sedikit ngobrol dan teguran karena nggak sarapan, sebuah teguran wajib untuk aku yang agak males makan pagi. Bukan males, nggak ada waktu saja.

Sebelum jam 10, aku meninggalkan mereka untuk agenda berikutnya di Masjid Raya Baiturahman Jawa Tengah. Tepatnya di depan simpang lima, arah barat sebelah kanan jalan Pandanaran.

Ternyata belum dimulai kegiatannya. Aku yang sempat buru buru dan menggunakan ojek online dari hotel kemari sedikit lega karena belum dimulai kegiatan.

Di mulailah sebuah pertemuan. Panjang sampai ashar. Aku sempat memaparkan ide sebuah project yang aku kerjakan di sana.

Intinya ashar selesai dan setelah shalat aku menuju halte simpang untuk pulang ke Kendal.

Tepat di pintu masuk sebelum halte, ada pedagang jam yang ngakunya dari gerai di salah satu mall di Semarang. Dia berkata dengan sangat cepat sampai aku seakan terpesona dengan jam tersebut.

Lucunya adalah aku membayar uang yang dia minta untuk membeli jam tersebut. Untungnya aku juga berpura-pura membawa uang dibayar harga yang telah di discount tersebut agar mendapat potongan. Dan betul aku mendapatkan jam dengan 50.000 saja.

Karena transaksi cepat itu pula aku ketinggalan bus biru besar jurusan akhir Mangkang. Sungguh sial sore itu. Tapi cukup seru melihat sebuah gaya jualan baru.

BRT ku penuh sesak sehingga sampai mangkang aku hanya bisa memegang pegang segitiga yang tergantung dari atas bus. Aku berdiri lebih dari 45 menit.

Intinya aku sampai di mangkang. Oper bus curug sewu tujuan Kendal-Sukorjo dan turun di depan gang menuju rumah.

Sungguh cepat perjalanan pulang. Karena jam 5 sore aku bisa sampai rumah.

Aku ngantuk, tapi sebuah aturan di rumah ku adalah jangan tidur sebelum dan sesudah magrib. Ya aku akhirnya belum sempat menyandarkan badan ini.

Magrib, mandi dan makan. Kemudian aku menjemput adik ku di rumah Budhe. Sebenarnya tujuan besar pulang hari ahad kemarin adalah bertemu adik ku yang jarang sekali aku temui.

Sampai rumah Budhe dan baru bisa pulang setelah isya. Perjalanan ke rumah sepuluh menit dan sudah ditunggu oleh tamu. Tamu abi ku. Tamu ku adalah semangkuk bakso lengkap dengan mie kuning dan mie putih. Sebentar saja mangkuk sudah bersih bersisa sendok garpunya.

Begitulah jam 9 malam baru bisa tidur di tempat tidur kesukaan ku di rumah, kursi setengah empuk di ruang tamu.

Setelah lebih dari 40 jam belum istirahat dengan menempel seluruh tubuh ke kasur. Lelah ini tergantikan dengan banyak hal yang terjadi hari ini dan kemarin.

Karena menurutku, lelah adalah perasaan seperti cinta. Ia menyenangkan bila kita merasa lelah.

Itulah lelah ku, lelahmu?