Lelah lelah tidak
Ahad kemarin, persis jam 3.28
kami sampai Semarang dari perjalanan pulang menggunakan kereta dari stasiun
pasar senen, Jakarta. Sabtunya adalah seleksi CEI Turkey di Sekolah Alam Bogor.
Lumayan menguras tenaga kami. Aku sendiri, capek.
Jam 4 pagi sampai ke pondok dan
setengah jam kemudian adzan subuh. Sesuai rencana ku, setelah subuh hingga sore
nanti ada agenda yang harus dikerjakan.
Selesai shalat, laptop menjadi
alat andalan untuk mengerjakan project subuh ini. Sebuah project yang akan
dipresentasikan siang hari nanti harus dibuat sekarang.
Hebatnya kantuk enggan mendekat,
aku masih terjaga di depan layar hingga jam 6.30. Project selesai dengan
beberapa slide dan note kecil di buku.
Tanpa mandi, aku berganti baju
dan berjaket pergi ke Simpang Lima untuk agenda berikutnya, Car Free Day.
Mungkin aku juga heran, kenapa udah capek mau dateng acara begituan. Tapi
inilah keheranan yang ku lakukan.
Kendaraan pribadi ku adalah BRT.
Pribadi karena jarang yang naik kalo hari ahad pagi, hanya beberapa orang yang
ada urusan saja.
45 menit bus biru itu menelusuri
jalan jalan di kawasan Meteseh, Kedung Mundu hingga Jalan Imam Bonjol.
Turun dan transit di sana.
Kemudian lanjut dengan bus merah tujuan Gajah Mada dan Tawang. Aku berhenti di
jalan Gajah Mada 100 meter dari simpang lima. Begitulah rute BRT sedikit
berubah di ahad pagi.
Sampai lah di simpang lima. Orang
yang aku ingin temui ada di sana. Bersama sepeda ontel berbekal tas di tempat
duduk penumpangnya dan dua bendera berkibar yaitu bendera Indonesia dan bendera
Aksi Cepat Tanggap.
Tak berdiri sendiri, ada 10 lebih
ontel lain yang bersandar di sebelah ontel pertama. Tapi tujuan ku bukan itu,
aku cari orangnya.
Beliaulah Mas Akbar dari relawan
Act Surabaya yang bersepeda dari Surabaya ke Jogyakarta dan lanjut ke Semarang.
Aku hanya bisa bersalaman dan
berfoto bersama. Kemudian aku diminta untuk menjadi fotografer dadakan dengan
kamera yang aku tidak pernah pakai sebelumnya. Kamera dlsr dengan tambahan dibagikan bawah yang bisa difungsikan sebagian
shutter.
Meski demikian, hatiku penuh
syukur pagi itu. Syukur dengan lelah yang tidak lelah lelah amat. Melihat
seorang relawan menggalang dana dengan caranya sendiri yang mengayuh pedal
ontelnya dari ujung timur ke ujung barat pulau jawa.
Tugas fotoku belum selesai. Aku
diminta mengikuti Mas Akbar dan rombongan komunitas dari ontel Semarang.
Singkat cerita, jam 8.30 aku
selesai dengan tugas ku. Aku lanjut ke acara selanjutnya.
Masih dengan kendaraan pribadi,
kini lebih banyak penumpangnya. Aku menuju salah satu hotel untuk berkegiatan
di sana. Tepatnya bertemu keluarga yang kebetulan berkegiatan di sana.
Tepat jam 9, si merah menurunkanku
di depan jalan hotel itu berdiri. Menyebrang sebentar dan aku tiba di hotel
tersebut. Tak sulit mencari ruangan acara karena pak satpam paham dengan
lokasinya. "Yang alam itu ya? Lewat sana"
Sampai ruangan, sedikit sambutan
dari guru dan beberapa teman yang berjaga di depan ruangan.
Mereka menangkap keheranan pada
diri ku. "Gimana di Bogor nya? Ada yang project nya keren? Kira kira lolos
tidak? Nggak capek to?"
Beruntung nya aku yang senang
bercerita. Kuceritakan yang ku ingat saat itu.
Juga pak Agus guru kami menyapa
dengan kabar gembira. Tentang buku yang ku tulis terjual kembali. Alhamdulillah
senang rasanya.
Yang kutunggu datang, Mbak Ma
atau kakak ku sendiri. Dengan gayanya dan kacamata nya yang putus di bagian
kanan. Sebentar ku buatkan kopi dan ku ajak dia masuk ke ruangan.
Aku mencuri waktu untuk
mengerjakan presentasi yang belum selesai subuh tadi. Dengan bantuan temen
temenku yang jago design.
Sebenarnya ada satu lagi yang
kutunggu. Dan akhirnya datang jam 9.45. Bapak dan Ibuku. Karena kami berlima
jarang berkumpul bersama.
Sedikit ngobrol dan teguran
karena nggak sarapan, sebuah teguran wajib untuk aku yang agak males makan
pagi. Bukan males, nggak ada waktu saja.
Sebelum jam 10, aku meninggalkan
mereka untuk agenda berikutnya di Masjid Raya Baiturahman Jawa Tengah. Tepatnya
di depan simpang lima, arah barat sebelah kanan jalan Pandanaran.
Ternyata belum dimulai
kegiatannya. Aku yang sempat buru buru dan menggunakan ojek online dari hotel
kemari sedikit lega karena belum dimulai kegiatan.
Di mulailah sebuah pertemuan. Panjang
sampai ashar. Aku sempat memaparkan ide sebuah project yang aku kerjakan di
sana.
Intinya ashar selesai dan setelah
shalat aku menuju halte simpang untuk pulang ke Kendal.
Tepat di pintu masuk sebelum
halte, ada pedagang jam yang ngakunya dari gerai di salah satu mall di Semarang.
Dia berkata dengan sangat cepat sampai aku seakan terpesona dengan jam
tersebut.
Lucunya adalah aku membayar uang
yang dia minta untuk membeli jam tersebut. Untungnya aku juga berpura-pura
membawa uang dibayar harga yang telah di discount tersebut agar mendapat
potongan. Dan betul aku mendapatkan jam dengan 50.000 saja.
Karena transaksi cepat itu pula
aku ketinggalan bus biru besar jurusan akhir Mangkang. Sungguh sial sore itu.
Tapi cukup seru melihat sebuah gaya jualan baru.
BRT ku penuh sesak sehingga
sampai mangkang aku hanya bisa memegang pegang segitiga yang tergantung dari
atas bus. Aku berdiri lebih dari 45 menit.
Intinya aku sampai di mangkang.
Oper bus curug sewu tujuan Kendal-Sukorjo dan turun di depan gang menuju rumah.
Sungguh cepat perjalanan pulang.
Karena jam 5 sore aku bisa sampai rumah.
Aku ngantuk, tapi sebuah aturan
di rumah ku adalah jangan tidur sebelum dan sesudah magrib. Ya aku akhirnya
belum sempat menyandarkan badan ini.
Magrib, mandi dan makan. Kemudian
aku menjemput adik ku di rumah Budhe. Sebenarnya tujuan besar pulang hari ahad
kemarin adalah bertemu adik ku yang jarang sekali aku temui.
Sampai rumah Budhe dan baru bisa
pulang setelah isya. Perjalanan ke rumah sepuluh menit dan sudah ditunggu oleh
tamu. Tamu abi ku. Tamu ku adalah semangkuk bakso lengkap dengan mie kuning dan
mie putih. Sebentar saja mangkuk sudah bersih bersisa sendok garpunya.
Begitulah jam 9 malam baru bisa
tidur di tempat tidur kesukaan ku di rumah, kursi setengah empuk di ruang tamu.
Setelah lebih dari 40 jam belum
istirahat dengan menempel seluruh tubuh ke kasur. Lelah ini tergantikan dengan
banyak hal yang terjadi hari ini dan kemarin.
Karena menurutku, lelah adalah
perasaan seperti cinta. Ia menyenangkan bila kita merasa lelah.
Itulah lelah ku, lelahmu?