"Faruq pasti pinter akademik".
Beberapa orang memandang demikian. Bisa cepat jawab pertanyaan matematika, bisa bahasa Inggris (dikit-dikit). Well it's exactly not.
Dulu pas SD aku sempat dapat nilai 100 di 8 pelajaran ujian kenaikan kelas, jadi orang yang dicari ketika ada tugas dan diincar saat belajar atau mengerjakan tugas bersama. Bahkan alhamdulillah aku diwisuda sebagai salah satu siswa berprestasi seangkatan dengan prestasi akademik.
Waktu SD aku belajar 14 mata pelajaran (diknas + agama) dan Alhamdulillah aku mampu untuk menyelesaikan dengan baik semua mapel. Nilai di ijazah kelulusan rataan 88.
Poinku adalah dengan banyak mapel otakku toh nggak pecah juga. Apakah pinter? Relatif.
Di SMP, lumayan juga, cukup lah ya. Nggak pinter banget. Kalo mengikuti pelajaran insyaAllah bisa. Sering buat cara-cara baru ngerjain soal fisika dan masih menjadi tong sampah pertanyaan.
Nilai SD dan SMP bisa dibilang baik, lalu bagaimana SMA?
Ini adalah capture yang dikirim oleh sekolah, nilai Ujian Sekolahku. Fokus ke yang aku spotlight ya.
Pertama, rataan nilaiku "hanya" 79.69. Menurun drastis dari SMP dan SD yang di atas 85.
Sewaktu aku bilang ke orangtua tentang hal ini, "Nilai segini nggak ada beasiswa yang bakal nerima". begitu kataku. Minimal rata-rata 80 untuk lolos beberapa beasiswa dengan syarat nilai rapot.
Daftar ujian mandiri dengan rapot kayak gini auto diskip sama panitia. Udah paket C, under 8 lagi. Jelas dinomordua-tigakan.
Tapi, kalo aku flashback ke masa belajar dan ujian, 79.69 udah besar banget. Lebih besar dari effort yang aku kerahkan. Lain kali aku cerita alasannya.
Kedua, lihat subjek "Keterampilan Fungsional" dengan 85, which paling gede dari semuanya.
Perlu kamu tahu, subjek ini nggak diujiankan. Peserta ujian sekolah diminta bawa satu barang fungsional pada hari H. Instruksi panitia ujian malah nyuruh kita bawa sulak (kemoceng) atau sapu doank.
Beberapa temanku ngumpulkan kreasi stik, botol dan barang bekas lainnya. Ada juga yang plekketiplek ngumpulin sapu.
Di subjek ini, aku ngumpulin sesuatu yang keren banget menurutku. Aku beli kotak pensil bahan koran bekas yang lintingan dan disatuin lalu dilapisi plitur. Aku ingat persis aku beli dengan harga Rp45.000.
Jadi, nilai paling besar di Ujian Sekolah justru bukan pada ujiannya (yang memang nggak disiapkan secara matang), tapi sebuah hiasan yang dibeli dengan harga Rp45.000.
Hahaha.
Kamu bisa bayangkan subjek yang dikerjakan dengan serius lebih kecil nilainya dari kotak pensil. Sungguh memalukan tapi mau bagaimana lagi hahaha.
Anyway, thanks buat kamu yang udah baca sampe bawah, feel free untuk kasih komentar di sini.
Atau kasih tau aku di WhatsApp kalo kamu udah sampe akhir tulisan.