Saya termasuk laki-laki pada umumnya yang suka sepak bola. Tapi itu dulu, sekarang nggak sama sekali. Bahkan update tentang kabar bola pun saya nggak dapatkan.
Suka main tentu dari kelas 1 SD. Suka main belum tentu jago lho ya. Pas SD, ada masa ketika saya bisa jadi kiper yang paling jago sampai nggak pernah kebobolan. Tepatnya kelas 3 SD dipermainan futsal.
Menonton bola menjadi salah satu tontonan bagus di sore hari selain kartun Naruto yang tayang mepet maghrib. Ketika mulai pulang sore saat kelas 3 pun acara yang pertama kali dicari adalah sepak bola. Waktu itu Indonesia Super League lagi sering tayang di ANTV. Belum ada dualisme dalam sepakbola tanah air.
Kerjaan saya tentu nonton bola full match di sore hari dan biasanya ada big match di akhir pekan.
Ketika itu, saya bahkan hafal nama tim, pemain, pelatih dan komentatornya. Persija dengan Benny Dollo dan Ismet Sofyan, Persitara dengan Okto Manianinya, Muhammad Ridwan di Persib, Boaz di Persipura dan sebagainya.
Sayangnya, tim yang saya dukung malah terdegredasi di akhir musim. Bingung juga kenapa bisa sedih waktu itu.
Selain ISL, saya juga sering nonton Premier League atau liga Inggris. Tanpa tim andalan awalnya dan saya akhirnya jatuh hati pada Chelsea, Lampard, Didier Drogba dan pemain lainnya pada musim 2010-an.
Liga Inggris pasti tayang di malam hari. Jadwal paling awalnya pukul 20.00 WIB dan biasanya super big match (begitu mereka menamai laga big match) jam 1 dini hari. Anehnya, beberapa kali saya menyempatkan diri untuk nonton full match.
Lanjut, momen puncak-puncaknya saya nonton dan heboh dengan bola pada akhir 2010 atau piala AFF. Finalnya Indonesia vs Malaysia yang sangat menegangkan. Saya betul-betul ingat, dua pertandingan dengan agregat 4-2 untuk Indonesia.
Di partai terakhir, di menit akhir dan peluit dibunyikan saat skor tetap 2-0 untuk Indonesia tapi tetap kalah agregat. Di detik itu juga saya lompat dari kursi dan menangis. Orang tua saya bingung dengan kehisterisan malam itu.
Sejak itu, saya bertekad untuk tidak fanatik terhadap sepak bola. Fanatik = menanam bibt sakit.
Lanjut, setelah kejadian itu, saya masih sering nonton bola. Sampai masuk ke SMP tahun 2014. Kebetulan banget masuk asrama tanggal 14 Juli dan malamnya ada final piala dunia Argentina vs Jerman. Di asrama kakak tingkatnya nyewa TV dan PS (PSnya nggak sempat dipakai) untuk nonton finalnya.
Jadilah saya, di malam pertama saya di asrama malah nonton final World Cup bersama seluruh teman dan assatidz (yang kebetulan suka bola juga).
Alasan kenapa berhenti? Simpel nggak ada waktu bahkan untuk nonton highlightnya di YouTube. Sekarang saja nggak tahu siapa yang menang EPL tahun ini.