Langsung ke konten utama

Luka Seorang Anak Kecil

Kemarin, ketika lepas salat jamaah di musala (iya, saya sudah salat di musala), saya melihat satu anak kecil yang memang sebulanan ini terlihat selalu berjamaah. Saya sering memandanginya karena lelaki kecil ini lucu, pipinya seperti oversize dan tumpeh-tumpeh.

Namun, pagi tadi saya fokus ke satu bekas luka yang ada di dekat siku kirinya. Luka yang saya bisa tebak adalah luka jatuh di jalanan saat ia berlari.

Kenapa saya bisa berasumsi secepat itu? Karena hampir semua anak kecil punya luka ini, terutama laki-laki.

Saya sendiri punya lebih dari 10 (barusan saya menghitung) luka akibat bertabrakan dengan aspal, kepentok meja, kena besi tajam, kena knalpot motor dan yang paling sering adalah luka kaki akibat main bola di lapangan cor atau paving.

Itulah luka masa kecil saya, luka yang membawa saya ke sikap kehati-hatian. Luka yang menggores dan membekas menandakan saya berpengalaman berbuat kesalahan.

Bekas lukanya banyak yang hilang namun ada yang tetap terbekas. Ada dua yang paling saya ingat. 

Satu dan yang paling mencolok bersarang di dagu saya. Ada jahitan membentuk tanda plus (+) atau kadang dikatakan tanda salib. Ini luka, yang kata keluarga, terbentuk ketika saya berlarian dan jatuh di pinggir jembatan. Entah bagaimana posisinya, beton jembatan dahulu menyapa dagu dan akhirnya bocor. Terpaksa dagu mulus saya berbekas jahitan demi menghilangkan pendarahan dan menyembuhkan saya.

Yang kedua, saya ingat betul. Ketika kelas 3 SD dan sedang ada perbaikan jembatan. Iya, lagi-lagi jembatan. Kali ini jembatan di dekat rumah kami harus diperbaiki karena sudah bapuk.

Setelah dibongkar beton dan rangka besinya, ada tambahan besi yang harus dibeli. Saya ikut bapak untuk beli ke toko rosok. Saya masuk dan sambil menunggu bapak transaksi besi bekas, saya lihat-lihat barang-barang yang ada di toko tersebut.

Saya tertarik pada satu bongkah besi rangkaian. Saya dekati. Namun sayang, salah satu ujungnya yang tajam menerpa lutut kanan saya. Sreeek. Luka kecil tepat di atas tempurung lutut dan mengeluarkan darah yang cukup untuk membuat saya meraung kesakitan.

Cerita itu masih saya kenang dan bekas lukanya masih tersimpan. 10 tahun tidak mampu memudarkan bekas luka ini.

Anyway, setiap anak kecil punya luka yang membentuk kepribadiannya, kehati-hatiannya, keagresifannya dan banyak tingkah dan sifat lainnya yang terbawa sampai dewasa.