Ruangan kerja sore itu meningkat suhunya dalam arti harfiah. Menjadi sedikit lebih panas. Memang sore hari bukan waktu yang tepat untuk mengerjakan sebuah soal.
Ada tiga bagian di sift sore itu, Memora si pengingat, Lisa si pengamat dan Ekse si eksekutor.
Ada sebuah pekerjaan masuk, "Memora, segera ingat rumus ini! Rangkaian seperti ini dan itu", suara komando memberikan perintah bersama satu kertas yang berisi sebuah konsep matematika dengan contohnya. "Segera jawab soal ini dalam 60 detik dengan benar atau nilai kita akan berkurang 1 poin".
"Siap pak, sudah saya ingat" jawab Memora cepat.
"Segera kirim ke Lisa untuk ditindaklanjuti, lalu kerjakan dan kirim ke kotak jawaban" suara itu menambahkan.
Lisa melihat kertas itu, dia menilai ada yang janggal. "Tunggu-tunggu, ada yang belum saya pahami, kenapa x di sini jadi angka genap, bukankah sebelumnya ganjil, lalu mengapa ..." sangkal Lisa.
"Kamu tinggal menyerahkan ke Ekse untuk mengerjakan soal di bawahnya" bantah Memora.
Saat Lisa menyerahkannya ke Ekse, "Hei! Kerja yang betul, Lisa! Ini tidak bisa kukerjakan! Mana hasil kerjamu, hanya ada salinan dari kertas saja? Aku tidak bisa bekerja tanpa hasil analisamu!"
"Tapi Ekso, waktu hanya tersisa 40 detik" Memora mengingatkan.
"No! Kalian semua payah! Ini bukan soal waktu, aku harus mendapatkan analisanya sebelum menjawab. Hei! Kalo salah menjawab nilainya akan berkurang 1".
"Sebentar, beri waktu 20 detik!" Lisa meminta.
Lima belas detik berlalu dengan ketegangan yang sunyi. Langit-langit terasa makin panas.
Tiba-tiba komandan mengirimkan pesan, "20 detik lagi, segera selesai pekerjaan kalian, Memora, Lisa dan ... Ekse"
"Baik, pak!", kompak mereka bertiga.
Lisa menyordorkan setumpuk kertas pembahasan kepada Ekse. "Ini yang kau minta!"
Sekilas membaca, "Hei! Bodoh sekali, waktuku tidak cukup untuk membacanya, ringkas menjadi 2 paragraf, cepat!"
"Huft, kau yang minta aku menjelaskan"
"Hei! Tapi penjelasanmu terlalu rumit!"
"Baiklah, ganti "x" dengan sebuah angka genap, nanti kau akan temukan jawabannya".
"10 detik teman-teman, segera!" suara itu kembali muncul. Alarm berbunyi seperti sirine ambulan. Tensi belum turun.
"Hei! Apa maksudnya ini, tulisanmu tidak jelas" Ekse nampak kebingungan.
"Hanya itu yang diberikan oleh Memora"
"Hei Memora! Ingat betul-betul rumusnya. Waktu kita tinggal sedikit".
"Kau sudah kuberikan ingatanku yang pasti benar masih saja tidak percaya"
"Hei! Tapi ini gak ketemu jawabannya! Rumusmu mungkin keliru, Memora"
"Tidak, ini rumus yang sudah ku ingat selama ini. Selalu ku ulang"
"Hei! Aku tidak peduli berapa lama kamu ingat tapi ini tidak ada jawabannya!
"Jangan-jangan kamu salah mengeksekusi, hah! Kamu sering keliru menjumlahkan, kerjakan yang teliti".
"5 detik lagi teman-teman, ayo!"
Kotak jawaban akan segera dikirimkan, ia akan segera tertutup.
"Ekse, tolong liat sekali lagi! Pasti kerjamu yang salah". Lisa memohon.
"Hei! Kalian ini, baiklah"
"2 detik"
"Hei kalian! Lihat ke sini, bantu aku mengoreksi. Ini ada di jawaban "C" namun bisa jadi juga "D"".
Lisa melihat dan terkaget dengan pekerjaan Eksa. "Keliru kamu, Eksa. Ini dibagi dengan 3 lalu di kali -1"
"Hei! Kenapa baru bilang sekarang".
"1 detik teman-teman"
"Cepat lempar jawabannya!" Memora tidak sabar.
Tepat sebelum kotak jawaban dikirim, Ekse melempar jawaban ke kotak.
Terjawab lah sebuah soal.
--
Hahahaha gimana dialog aneh ini? Bisa kalian baca, kan? Aku belum terbiasa menaruh percakapan di tengah narasi.