Kata Kak Fauzan, ini memang bulan keberuntungan. Juli kali ini benar-benar menjadi keberuntungan bagi peserta seleksi ujian masuk PTN/S karena hampir semua pengumuman kelulusan ada di bulan ini.
Aku, seperti yang sebagian pembaca tahu, sudah dapat satu kursi di Universitas Negeri Semarang. Alhamdulillah. Dapat dari jalur "paling murah" yaitu SBMPTN. Dapat dengan nilai sangat memuaskan--bagi diriku sendiri nilai kepala 6 besar itu tidak pernah terbayangkan sebelumnya.
Aku gagal sekali di Juli ini. Sedih rasanya, ditolak kedua kalinya oleh "cinta pertama". Meskipun aku paham betul bahwa usahaku yang kedua ini tidak semaksimal sebelumnya. Jauh dari kata cukup dalam persiapannya. Alhasil, penolakan yang sungguh tidak aku prediksi.
Itu tidak pahit amat. Yang lebih pahit adalah ketika mendengar kanan dan kiri, orang yang berinteraksi dengan aku baik di SMP SMA maupun di sosial media, diterima di kampus yang lebih mentereng. Jujur saja sedih, dalam sekali. Sampai aku menulis ini aku masih berusaha menghibur diri dan menerima keadaan. Salah satu caranya yang efektif adalah ucapan selamat kepada mereka. Hei Kamu Hebat...
Kalo melihat torehan nilai UTBK--aku berharap ini terakhir aku menulis atau bercerita ke orang lain, nilaiku sangat amat cukup untuk masuk di jurusan yang sama di tempat "cinta pertamaku". Perbandingannya aku dengar sendiri dari kawan yang lolos di sana yang memiliki nilai jauh di bawahku. Atau tempat yang aku tolak untuk mendaftar karena bosan berada di sekitarannya. Belakangan aku tahu, jurusan yang sama di tempat itu merupakan jurusan terbaik sekaligus terberat se-Indonesia. Aku ber-ahh panjang karena dua hal: untung tidak masuk ke sana dan heh, seharusnya aku di sana.
Aku takut tulisan ini cuma penyesalan-penyesalan belaka, tapi sebenarnya ada yang ingin aku sampaikan setidaknya untuk mengikat perkataan ini di kepalaku.
Yang mengucapkan adalah mentor kami di CC, "Ingat bahwa kalian di sini karena kalian sudah memilih kami dan sebaliknya kami sudah memilih kalian"
Deg..
Aku, bila teringat kalimat ini, langsung pudar menyesalku dan menebal rasa syukurku. Karena, Hei kamu sudah memilihnya dengan pelbagai pertimbangan, bukan? Lalu kenapa saat kamu dipilih olehnya kamu tidak terima hanya karena silau dengan glamornya tetangga sebelah dan tetangga jauh?
Aku, bila teringat kalimat ini, langsung pudar menyesalku dan menebal rasa syukurku. Karena, Hei kamu sudah memilihnya dengan pelbagai pertimbangan, bukan? Lalu kenapa saat kamu dipilih olehnya kamu tidak terima hanya karena silau dengan glamornya tetangga sebelah dan tetangga jauh?
Ahh. Mungkin aku harus terbiasa dewasa karena memang sudah umurnya. Terlebih karena tidak ada yang bisa diulangi dari waktu. Yang terjadi benar-benar sudah terjadi dan takkan ditarik mundur.