Langsung ke konten utama

17 Agustus, Remisi, Berpisah, dan Sedikit yang Bisa Kubagi

17 Agustus memang setiap tahunnya spesial, paling tidak sejak 2015. Bukan, bukan karena perayaan kemerdekaan, tetapi ada milestones kecil yang kerap terjadi di tanggal ini.

Terkhusus 17 Agustus 2022, hari rabu terakhir (mungkin) aku ngajar di Lapas. 

Tadi pagi, dengan tergesa kupacu perjalanan dari Kendal ke Semarang. Namun, aku tidak mendapatkan pintu besi paling depan itu terbuka,

"Ngajinya libur mas, tahanannya sedang upacara di Balai Diklat"


Deg..

Aku, yang sedari awal mengejar waktu ke sini hanya sekadar pamitan, tidak dapat masuk. Zonk.

Aku membuka foto cetak yang akan kuserahkan sebagai pesanan beberapa tahanan. Foto kawan mereka yang aku bantu cetakan di fotokopi dekat rumah mungkin akan lebih lama tersimpan di laciku.


Oh ya, mereka spesial. Tahanan yang masih mau mengaji dan bertaubat di dalam Lapas. Aku tak tahu banyak karena apa mereka masuk ke ruangan bernama penjara ini, tetapi yang aku tahu dan lihat betul, ada sebuah "pesantren" yang berisi beberapa orang yang hendak memperbaiki diri.

Yang aku lihat, ada nenek berusia 60 tahun yang sangat sabar belajar mengaji. Aku ingat betul,

 "Panggil Mak aja, jangan Bu, ya" dengan logat Betawinya.

Ada seorang tuli yang masuk-keluar lapas ini 3 kali. Ada pejabat yang kepeleset kasus yang ia bawa. Ada orang biasa yang diplesetkan pihak lain. Ada juga orang yang  masuk untuk menggantikan bosnya.

Namun sekali lagi, mereka semua orang yang mau duduk mengaji di hadapan mas-mas yang umurnya seanak bahkan secucu mereka. 

Mereka bersabar, mengeja "Ta" dengan "Tsa", menyambung beberapa huruf dengan panjang-pendeknya.


17 Agustus 2022, entah berapa yang dapat "hadiah" remisi hari ini. Entah berapa yang dikurangi jatah menginap di pesantren itu.


Rabu, semoga di lain rabu, semoga di lain rabu dan di lain tempat